Apa Yang Saya Makan Selama Di Saudi
Bisa berada di Saudi merupakan sebuah kesempatan yang sangat luar biasa. Saya yakin pasti banyak yang sudah mendengar ataupun membaca cerita tentang bagaimana nikmatnya Ibadah di sana. Maka dari itu kali ini saya hanya akan bercerita tentang kuliner selama saya pergi ke Saudi.
Kiri: Kabsa | Kanan: Manakeesh & Hummus
Keberangkatan saya menuju Saudi menggunakan Maskapai Etihad. Maskapai yang cukup bersaing harganya namun fasilitasnya tetap oke. Karena akan menuju Arab dan hobi icip-icip makanan tentu saja saya langsung mengambil kesempatan untuk memilih nasi kabsa ketika di penerbangan serta manakeesh dan hummus ketika transit di Abu Dhabi. Kabsa merupakan nasi dengan rempah cengkeh, pala, kapulaga dan kunyit. Isiannya daging ayam campur kacang dan kismis. Nasi kabsa dari Etihad rasanya mild, saya rasa sudah disesuaikan dengan lidah internasional. Begitu pula dengan manakeesh dan hummus, rasanya hambar saja. Manakeesh merupakan roti, teksturnya mirip pizza biasanya ditaburi oleh zatar yaitu campuran oregano dan wijen Arab. Di lounge Etihad manakeesh disajikan bersama kacang merah, sayur dan sosis, serta hummus sebagai cocolan yang terbuat dari mashed buncis.
Setelah tiba di Mekkah, saya berharap bisa mencicipi lagi lebih banyak masakan Arab. Namun ternyata jadwal ibadah yang padat, jarak hotel cukup jauh bagi orang Indonesia yang malas jalan kaki membuat harapan untuk makan di restoran sambil review pun sirna. Paling-paling setelah Isya saya mampir jajan ke Bin Dawood. Kalau di Indonesia-in mungkin ini semacam giant atau mirota. Isinya tempat belanja kebutuhan sehari-hari. Tapi saya memperlakukannya seperti Indomaret, yaitu buat jajan.
Atas kiri: Jus Gandum | Atas kanan: Jus Buah
Bawah kiri: Es Krim Saudia | Bawah kanan; INDOMIE CUP
Cuaca di Saudi cukup panas ketika siang, namun dingin ketika malam. Beruntung saya datang ketika winter, sehingga cuaca di Mekkah hampir sama seperti di Indonesia. Kendala beribadah di cuaca terik adalah haus. Untung di Masjidil Haram free flow zam-zam. Namun setiap ada senggang saya suka beli jus gandum. Jus gandum memiliki alkohol 0% (kalau ada alkoholnya udah pasti ga bisa masuk tanah suci sih hehe). Jus gandum dijual dengan berbagai macam merek dengan rasa buah, rasanya seger kaya minum soda buah, tetapi tidak terlalu manis. Selain jus gandum, jus buah asli juga banyak dijual di gerai-gerai makan. Jus buah asli mereka selalu kental sekali dan kuat rasa asam dan manisnya, paling sering ketemu jus mangga, terkadang mereka tambahkan yoghurt, adapula jambu dan strawberry. Untuk jus yang tidak asli, ehm, maksudnya konsentrat juga banyak di minimarket, dan kental pula teksturnya, ga kaya jus di Indonesia cair.
man, twas good icecream!
Obat panas yang lain adalah eskrim, merk yang terkenal ada Saudia dan London Dairy, kebanyakan rasa eskrimnya coklat, coklat vanila, coklat praline, coklat karamel, jarang es krim rasa buah. Oh ya, snack asin pun jarang ditemui di Saudi. Kalaupun ada di supermarket biasanya cuma satu rak, yang banyak snack manis. Mereka suka halwa, sesuatu yang manis-manis. Harga jus ataupun eskrim berkisar 2 hingga 6 riyal biasanya (1 Riyal = 3500). Indomie cup sangat populer di Saudi. Semua orang suka Indomie. Indomie tidak mengenal suku bangsa dan ras. Semua orang makan Indomie. Indomie harus diusulkan sebagai salah satu makanan dunia yang dilindungi. Bahkan di rest area Saudi, banyak rumah makan yang menu andalannya.... Indomie. Karena rasanya berbeda (ada rasa sayur, tomat, kari) maka saya coba beli Indomie cupnya Saudi. Ternyata enakan keluaran Indonesia. Hehehe,
Arab Saudi, negara maju dan modern tapi rest areanya ndeso dan menu andalannya Indomie
tampilan gerai makanan pada umumnya di Mekkah
Hanya sedikit restoran yang punya tempat duduk di Saudi, itupun biasanya dalam mall. Banyak penjaja makanan adalah gerai takeaway dengan menu dipajang di depan. Beberapa mencantumlan harga beberapa tidak. Saran saya kalau mau makan dan nanya-nanya ke pegawai gerai disekitaran Masjidil Haram ga usah keminggris, ada banyak banget orang Indonesia yang dateng ke Saudi tiap tahun membuat kebanyakan pegawai pintar berbahasa campur Indonesia-Melayu. Menu yang paling sering disajikan adalah gorengan. Semua digoreng, kentang, daging, seafood. Tinggal yang bedain rotinya aja, bisa burger bisa kebab. Oh ya, kalau mau beli makanan paket tolong pastiin jangan makan sendiri, karena paket di Arab GUEDE banget porsinya. Ga kira-kira. Saya pernah kepepet duit waktu laper. Jadi saya tanya ke gerai apa yang paling murah, jawabannya kebab dua riyal. Awalnya saya senang dapet kebab dua riyal, tapi ternyata tau isinya apa? Kentang goreng dan kentang rebus. Hahaha, pantas murah, ga pake daging.
Beli oleh-oleh di Saudi merupakan pisau bermata dua.... bagi orang rakus... Karena toko oleh-oleh makanan disana selalu bilang HALAL, HALAL. Itu artinya bukan berarti ada makanan haram, alias kamu dipersilahkan mencicipi sebelum dibeli. Jadi kamu bisa tau yang mana yang enak, dari coklat, kacang, manisan sampe kurma. Awalnya asik-asik aja nyobain macem-macem. Lama-lama nyokap mintain tolong cobain lebih banyak macem lagi dan mempercayakan mana yang enak kepada saya. Akhirnya saya kenyang manis ga jelas, seret pula, haus kali bah. Mungkin ada yang pernah bingung kenapa oleh-oleh dari Saudi seringnya makanan. Itu karena sedikit yang menjual souvenir kecil-kecil seperti keychain, stiker atau magnet. Kalau perlengkapan ibadah banyak, namun biasanya pun made in China.
Nasi Kabsa Maharaja Al Tazaj | Ayam Goreng Lokal Al Baik | Kofta dan Kebab Abu Khalid
Kunjungan saya ke resto selama di Saudi bisa dihitung jari. Jadi saya hanya akan sebut yang memang layak dikunjungi saja. Al Tazaj merupakan fast food lokal, tapi ngantrinya gila-gilaan. Saya coba nasi kabsa Al Tazaj rasanya lebih strong daripada yang saya makan di pesawat. Satu porsi bisa hingga empat orang. Lalu yang lain adalah gerai Al Baik. Al Baik ini jualannya ayam goreng dan kentang, tapi produksi lokal. Ayamnya spicy dari dalam, enak sekali. Terakhir restoran Abu Khalid di Madinah. Saya makan bakso gaya arab, Kofta dengan roti kebab. Serta makan kebab di piring, pake roti. Untuk perkebaban saya harus mengakui memang orang Arab lebih jago buatnya. Enak.
Special mention, buat menu-menu Indonesia selama di Saudi. Ada beberapa resto Indonesia di Saudi, tapi yang saya coba cuma satu di Mang Oedin Jeddah. Saya coba makan soto, bubur dan bakso. Rasanya ya kalah lah kalau dibandingin di Indonesia. Nyoba karena penasaran aja, lumayanlah mungkin buat para pekerja migran ke Jeddah. Cuma harganya yang ga nahan, seporsinya mulai dari 10 riyal. Kalau Mr Sate itu katering dari travel, dapet beberapa kali. Selain itu juga saya selalu makan masakan Indonesia di Hotel, karena disajikan sebagai bagian dari paket travel. Walaupun terdengar membosankan, yeah pada akhirnya makanan Indonesia memang paling nyaman di perut. Tapi sesekali selingan dan petualangan icip-icip di Saudi seru juga. ;)
Senang membaca ceritanya seruuu makanannya menarik. foto2nya sangat melengkapi.
BalasHapusterima kasih, barusan berkunjung ke blog mbak juga baca2 tentang Saudi. :)
Hapusseru pengalaman kuliner sembari umrah atau perjalanan dinas di Mekkah dan Medina.. Nice Share
BalasHapushealthy tummy healthy mind
Nice post gan..
BalasHapusBerarti org sana emang doyan yg manis2 ya.. Makanya saya heran kok bs di pasar jua kismis ampe berkarung2 gitu.. Ternyata emang mereka doyan.. :D
Gan numpang nanya kalo beli sovenir dimana ya ? Madinah, mekkah ato jeddah ?
BalasHapus