Jogja: Sate Petir Pak Nano
Setelah mendengar cerita betapa termahsyurnya kedai sate ini, akhirnya kesampaian juga ke SATE PETIR PAK NANO. Keteken caps lock? oh tidak. Cuma saya merasa harus menulis nama warung beliau dengan caps lock karena rasanya yang benar-benar menggelegar. SATE PETIR PAK NANO terkenal karena level-level cabenya, beliau menamakan level cabenya dari TK, SD, SMP, SMA, Sarjana, Profesor, dst.
Cuma jangan harap bisa pesan level TK, SD, SMP, SMA, hal tersebut hanya mengundang Pak Nano untuk menghina anda. "Heh? cuma pesen segitu? Malu-maluin lah, udah gede juga beraninya makan cabe dikit" (dalam bahasa jawa, sudah saya translate yang kira-kira artinya begitu). Selain itu juga masih banyak hinaan (dalam susasana bercanda tentunya) yang akan diarahkan kepada anda ketika memesan seperti "ngapain foto-foto? saya tambahin nih cabenya!" atau "Segini cukup? cukup?" kalau anda bilang cukup maka beliau melanjutkan "Yak, saya potong lagi ya cabenya, bonus buat kamu!"
Menu di SATE PETIR PAK NANO cuma ada dua sate dan tongseng. Saya pesan dua-duanya. Yang pertama sate dulu. Karena bingung harus pilih sarjana atau profesor, saya bilang pak saya pesan level guru besar atau dekan deh. Kalau perlu level ditinggal nikah mantan!!! dengan sotoynya. Seperti yang bisa anda lihat dari foto di atas. Luar binasa cabenya. Waw fantastic baby. Walaupun pedesnya gila-gilaan rasa sate tertolong dengan manisnya kecap. Tekstur satenya juga asik lembut. Tapi tetep aja buat air mata mengalir karena pedesnya beneran kaya petir, cepat, menggelegar & membakar. Tapi rasa sate masih bisa dihandle tunggu sampai anda membaca paragraf berikutnya.....................................
......................................Paragraf ini akan menceritakan tentang tongseng. Sekali lagi, tatap foto diatas. Yak sip. Kalau dalam persatean saya masih bisa merasakan gurih pedas manis, maka di tongseng yang akan anda rasakan hanyalah penderitaan..........................................
kalau lidah bisa mengecap asam, manis, asin, pahit, gurih maka rasa ke enam adalah penderitaan.
potongan cabe seolah bersinergi dengan kuah untuk menyiksa anda.
tidak ada rasa kecap yang akan menyelamatkan karena kecap
sudah sangat cair berkat kuah dan tidak kental seperti
saat kecap berada di atas tekstur sate. setelah coba
beberapa suap kuah dari tongseng pak nano
kemudian saya menangis terharu
ternyata,
penderitaan itu nyata. inilah neraka dunia.
yang ada di lidah hanyalah pedas membara.
kemudian saya yang bukan perokok segera menyulut rokok,
ini bukan gaya-gayaan, atau melepas stress
tapi karena rokok efektif mengacaukan rasa di lidah sehingga pedasnya hilang
satu jam kemudian, saya terpaksa melipir ke pom bensin di imogiri barat.
saya mengeluarkan semua isi muatan di perut saya.
semua keluar, tidak bersisa.
saya lemas, untung tidak kolaps.
pesan moral, jangan banyak gaya.
-----------------------------------------------------------------------------------
Sate Petir Pak Nano
Rp 25.000 per porsi (Sate/Tongseng)
Rp 25.000 per porsi (Sate/Tongseng)
Ring road selatan, setelah perempatan madukismo ke selatan lagi
( sebelum jembatan kasihan sebelah selatan jalan. )
baca sambil ngikik2, bisa puitis juga penulisnya :D
BalasHapus